Kejujuran di UNAS

    Well, i'm come back, everyone! Masih dalam suasana Ujian Nasional, saya mau membicarakan tentang "Kebocoran Jawaban Ujian Nasional (UNAS) tingkat SMP". Yah, ini memang bukan yang pertama di negara kita yg tercinta ini tetapi ini adalah pengalaman pertama buat saya.

 

   Terbukti, meskipun di Lembar Jawaban Komputer (LJK) di beri kolom yang berisi "Salinlah kalimat berikut ini : Saya mengerjakan ujian dengan Jujur", masih banyak juga yang menerapkan kebiasaan "menyontek". Jujur (bukan bermaksud untuk menjelek - jelekkan sekolah saya), namun siswa di Sekolah saya pun juga banyak yang mendapat kunci jawaban UNAS khusunya Matematika dan IPA. Namun saya tak tau itu asli atau palsu karena saya nggak ikut - ikutan. Di kabarkan kunci yang beredar di sekolah saya itu diperoleh dari seorang siswa yang ayahnya bekerja di Dinas Pendidikan Nasional. Hmmm.. saya langsung berfikir, memang tak bisa dicegah ya, kalau setiap orang tua pasti ingin kehidupan anaknya lebih baik. Namun kenapa harus memakai cara seperti itu? Apakah ia tak tau kalau tuhan itu ada, dan selalu mencatat setiap perbuatan kita? 

        Sebagai siswa yang normal tentu saya tak bisa menerima perbuatan itu. Di samping kami  yang normal berusaha untuk mendapat nilai yang terbaik dan memuaskan untuk kami, mereka hanya bisa menyontek di bawah kolong meja. Kalau takut akan nilai yang jelek kenapa malah bersantai - santai? kenapa tidak belajar dengan rajin? kenapa tidak meminta kepada tuhan?

       

       Di era globalisasi ini, khususnya Indonesia yang seharusnya kita tak mementingkan nilai saja namun juga kejujuran. Karena saat ini negara kita ini sangat miskin kejujuran, dengan adanya korupsi dimana - mana oleh pejabat negara. Kalau generasi muda terus seperti ini apa bedanya sama pejabat - pejabat sekarang?

dan semuanya pun berteriak..

KAPAN INDONESIA MAJU!!!!!????